ZAKAT FITHRI
Abu Lailah
1. Hukumnya: Wajib atas tiap individu kaum muslimin, baik anak-anak mapun dewasa, laki-laki atau wanita dan merdeka ataupun budak.
2. Atas siapa diwajibkannya: atas muslim yang merdeka, memiliki (makanan) dalam takaran satu sha’ (gantang) yang lebih dari makanan pokoknya dan makanan untuk keluarganya selama sehari semalam, maka wajib atasnya mengeluarkan zakat untuk dirinya dan orang yang ia tanggung nafkahnya, seperti isterinya, anak-anaknya dan siapa saja yang berada dalam pertanggungannya, dan dianggap hal ini sebagai infak terhadap mereka.
3. Takarannya : Satu sha’ (gantang) kurma, tepung, gandum atau yang semisalnya yang dianggap sebagai makanan pokok dan dikeluarkan menurut makanan pokok mayoritas di negeri tersebut, baik berupa beras, jagung atau selainnya. [Takarannya kurang lebih sebesar 2,5 kg].
Dari Ibnu ’Umar رضي الله عنهما beliau berkata: ”Rosululloh صلى الله عليه وسلم mewajibkan zakat fithri pada bulan Ramadhan sebanyak satu sha’ kurma atau gandum, atas seorang hamba sahaya ataupun yang merdeka, pria maupun wanita, anak-anak maupun dewasa, dari kaum muslimin.” (Muttafaq ’alaihi)
4. Hikmah disyariatkannya:
a. Sebagai pensuci bagi orang yang berpuasa yang jatuh ke dalam perbuatan laghwun dan rafats.1
b. Sebagai bantuan kepada kaum fakir miskin dan kaum papa serta mencukupi mereka dari meminta-minta pada hari ied.
5. Penyalurannya: Zakat fithri disalurkan kepada kaum miskin, sebagaimana dalam sebuah hadits dimana
Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda :
زَكَاةُ الفِطْرِ طُهْرَةٌ لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةٌ للمَسَكِيْنَ
“Zakat Fithri itu mensucikan seorang yang berpuasa dari laghwun dan rofats serta sebagai makanan kaum miskin.” (shahih).
Adapun orang miskin telah datang penjelasan artinya di dalam sabda Nabi صلى الله عليه وسلم: ”Yang tidak memiliki sesuatu yang dapat mencukupi kebutuhannya dan tidak pula memadai, maka dia disedekahi dan tidak meminta kepada manusia sedikitpun.” (Muttafaq ‘alaihi)
6. Waktu dikeluarkannya: Wajib mengeluarkannya sebelum pelaksanaan sholat ’ied, dan boleh mengeluarkannya sehari atau dua hari sebelum ied.
Dari Ibnu ’Abbas رضي الله عنهما beliau berkata: ”Rosululloh صلى الله عليه وسلم mewajibkan zakat fithri sebagai pensuci bagi orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan kotor dan sebagai makanan orang miskin. Barangsiapa yang menunaikannya sebelum sholat (ied) maka ia adalah zakat yang diterima, dan barangsiapa yang menunaikannya setelah sholat (ied) maka ia termasuk sedekah dari jenis-jenis sedekah lainnya (bukan termasuk zakat fithri, pent).” (Hasan, HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan selainnya).
_______________
1. Laghwun adalah ucapan atau perbuatan yang tidak ada faidahnya (sia-sia) sedangkan Rafats adalah ucapan yang keji.
Referensi: BEKAL RAMADHAN, Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu رحمه الله, Maktabah Abu Salma Al-Atsari.
0 komentar :
Posting Komentar