✍️ Admin MBI
Selain mewanti-wanti terhadap dusta yang besar, Rosululloh ﷺ juga mewanti-wanti umatnya dari perkataan sepele, tapi sejatinya termasuk perkataan dusta.
Di antara perkataan sepele tapi termasuk ke dalam dusta adalah:
Pertama, perkataan seseorang kepada anak kecil, “Aku akan memberimu.” Padahal ia tidak serius untuk memberi, hanya bercanda. Ini termasuk dusta, sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Amir رَضِيَ الله عَنْهُ, ia berkata:
“Ketika masih kecil ibuku pernah memanggilku, sementara Rosululloh ﷺ tengah duduk di dalam rumah kami. Ibuku berkata, ‘Hai kemarilah, aku akan memberimu.’ Rosululloh ﷺ kemudian bertanya kepada ibuku, ‘Apa yang akan engkau berikan kepadanya ?’ Ibuku menjawab, ‘Aku akan memberinya kurma.’ Rosululloh ﷺ bersabda kepada ibuku, ‘Jika engkau tidak jadi memberikan sesuatu kepadanya, maka itu akan ditulis sebagai kebohongan atasmu’.” (HR. Abu Dawud: 4991, dan dishohihkan oleh Albani di dalam Ash-Shohihah, 478)
Kedua, melawak dengan cerita-cerita bohong untuk membuat orang yang mendengarnya tertawa. Bahz bin Hakim meriwayatkan dari ayahnya, dari kakeknya, Rosululloh ﷺ bersabda:
“Celakalah orang yang mengatakan suatu perkataan untuk membuat orang-orang tertawa, padahal ia berbohong, celakalah ia dan celakalah ia.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, Dihasankan oleh Albani, Shohihul Jami’)
Ketiga, menceritakan semua yang didengarnya termasuk perbuatan dusta, Abu Hurairah رَضِيَ الله عَنْهُ meriwayatkan, bahwasanya Rosululloh ﷺ bersabda:
“Cukuplah seseorang (dianggap) berdusta apabila ia menceritakan semua yang ia dengar.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)
Selain ketiga hal di atas, Rosululloh ﷺ juga mewanti-wanti kaum muslimin untuk berhati-hati dalam berprasangka. Diriwayatkan oleh Abu Mas’ud Rosululloh ﷺ bersabda:
“Seburuk-buruk ucapan yang digunakan oleh seseorang sebagai kendaraan adalah ungkapan ‘menurut sangkaan mereka’.” (HR. Abu Dawud, dishohihkan oleh Albani, Ash-Shohihah)
Maksudnya adalah seseorang menyampaikan berita kepada orang lain hanya berdasarkan dari berita yang tidak jelas, atau sangkaan-sangkaan orang saja.
Persoalan-persoalan di atas merupakan sesuatu yang sepele, tapi hukumnya haram, bahkan berdusta untuk membuat orang-orang tertawa merupakan dosa besar. Hal lain yang juga menyeret kepada dusta adalah seseorang yang menceritakan semua yang didengarnya tanpa ada bukti, karena bisa jadi ia mendengar kebenaran dan kedustaan. Jika ia menceritakan semua yang didengarnya, maka ia akan menceritakan sesuatu yang tidak pernah terjadi dan itu merupakan kedustaan.
Pelajaran yang bisa kita petik dari pemaparan di atas adalah:
1. Wajib menjaga diri dari dusta, hingga kepada anak-anak dalam urusan-urusan yang kecil.
2. Ancaman berdusta untuk membuat orang-orang tertawa melalui guyonan (canda).
3. Larangan seseorang menceritakan semua yang didengarnya. Karena bisa jadi ia mendengar kebenaran dan kedustaan, sehingga ia pun akan menceritakan sesuatu yang tidak pernah terjadi.
____________________
Penulis: DR. Rasyid bin Husain Abdul Karim, Kitab; Ad-Duruusul Yaumiyyah.
0 komentar :
Posting Komentar