SAYANGI ANAK DENGAN MENCIUMNYA
Aisyah رضي الله عنها berkata, "Ada seorang Arab badui yang menemui Nabi ﷺ seraya berkata, 'Wahai Rosululloh, engkau mencium anak-anak, sedang kami tidak mencium mereka.' Maka akhirnya Nabi ﷺ bersabda:
أَوَأَمْلِكُ لَكَ أَنْ نَزَعَ اللَّهُ مِنْ قَلْبِكَ الرَّحْمَةَ
'Apakah aku mampu menanggung jika Alloh mencabut rasa rahmat dari hatimu?!'"1
Ciuman kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya dapat memberikan nilai positif bagi mereka, di antaranya menumbuhkan kedekatan dan kecintaan antara orang tua dan anak. Mengajari anak agar punya rasa kasih sayang sejak kecil dan lain-lain dari manfaat yang banyak.
Ibnu Baththal رحمه الله berkata, "Menyayangi anak kecil, memeluknya, menciumnya, dan lembut kepadanya termasuk dari amalan-amalan yang diridhai oleh Alloh dan akan diberi ganjaran oleh Alloh. Tidakkah engkau perhatikan al-Aqra' bin Habis رضي الله عنه menyebutkan kepada Nabi ﷺ bahwa ia memiliki 10 orang anak laki-laki tidak seorang pun yang pernah ia cium, maka Nabi ﷺ pun berkata kepada al-Aqra' (Barangsiapa yang tidak menyayangi maka tidak akan disayangi) hal ini menunjukkan bahwa mencium anak kecil, menggendong, dan memeluknya termasuk perkara yang bisa mendatangkan rahmat Alloh ﷻ. 2
Syaikh Ibnu Utsaimin رحمه الله berkata, "Sabda Nabi ﷺ 'Barangsiapa yang tidak merahmati maka tidak dirahmati', yaitu barangsiapa yang tidak merahmati manusia maka ia tidak akan dirahmati oleh Alloh ﷻ -kita berlindung kepada Alloh akan hal ini—serta Alloh tidak memberikan taufiq kepadanya untuk merahmati.
Hadits ini menunjukkan bolehnya mencium anak-anak kecil karena rahmat dan sayang kepada mereka, apakah mereka anak-anakmu ataukah cucu-cucumu dari putra dan putrimu atau anak-anak orang lain. Karena hal ini akan mendatangkan rahmat Alloh dan menjadikan engkau memiliki hati yang menyayangi anak-anak. Semakin seseorang rahmat dan sayang kepada hamba-hamba Alloh maka ia semakin dekat dengan rahmat Alloh عزّوجلّ ."3
__________________
1. HR. al-Bukhari: 5652
2. Syarah Ibnu Baththal 17/252
3. Syarah Riyadhush Shalihin 4/456, Madar al-Wathan-KSA
{Referensi: Artikel: Yang Tidak Penyayang Tidak Disayang, Ust. Abu Aniisah Syahrul Fatwa, Majalah Al-Furqon No.138 Ed.1 Th.ke-13_1434H/ 2013M}
0 komentar :
Posting Komentar